Rabu, 23 Maret 2011

pena

semena-mena
pena itu menulis semua tentangku
pena itu menggoreskan darah dari pelangi di mataku
pena itu semena-mena

aku tahu aku mengaturnya
tapi tetap saja
aku tak bisa mencegahnya
tinta-tinta manja

setiap detik pena itu menggores
menyayat lelaku kupu hati
jalan yang telah ditentukan
merantai semua harapan ini

sang pena
yang selalu mengurungku dalam tintanya
yang selalu mengunciku pada bulunya
lepaskan aku, aku ingin pulang

tapi pena itu egois
jika pena itu ingin terus menulis
akan terus menulis
sedangkan aku membusuk menjadi sampah

jika kau memang ingin mencari tinta darah
koreklah jantungku lalu biarkan aku pulang
tetapi kau sang pena egois
kau tetap mengurungku

jika kau memang tak mau melepaskan kunci itu
maka masukkan aku dalam tulisanmu
jadikan kulitku sebagai kertas
agar aku dapat selalu bersamamu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar